Khasiat Dan Manfaat Brokoli Untuk Diabetes / Kencing Manis
Tuesday, January 10, 2017
Tanaman brokoli bukanlah tanaman yang asing, dan tentu anda tahu dengan brokoli. Brokoli termasuk tanaman sayur yang biasa dibikin sup atau dibentuk tumis macam Cah brokoli. Di pergaulan sehari-hari brokoli diidentikkan dengan rambur kerting ibarat julukan edy brokoli alasannya rambutnya yang keriting menggembung itu. Ternyata tanaman brokoli juga berguna untuk penderita diabetes alias kencing manis. Sebuah penelitian terbaru di Inggris mengindikasikan brokoli mempunyai zat penting yang bisa memperbaiki dan mengembalikan fungsi pembuluh darah yang rusak akhir kencing anggun atau diabetes.
Zat yang berjulukan sulforaphane diyakini mempunyai tugas besar dalam memulihkan kembali pembuluh darah. Seperti dimuat di Jurnal Diabetes, sulforaphane bisa merangsang produksi enzim-enzim yang sanggup melindungi pembuluh darah dan menurunkan molekul-molekul yang menjadikan kerusakan sel-sel secara signifikan. Sayuran-sayuran jenis brassica ibarat brokoli sebelumnya memang berkaitan dengan rendahnya risiko serangan jantung dan stroke.
Orang yang mengidap kencing anggun (diabetes) tercatat mempunyai risiko lebih besar sampai lima kali lipat mengidap penyakit kardiovaskuler ibarat serangan jantung dan stroke, yang keduanya berkaitan dengan kerusakan sel-sel pembuluh darah.
Dalam risetnya, tim dari Universitas Warwick, menguji efek sulforaphane dalam sel-sel pembuluh darah yang rusak akhir tingginya kadar gula darah (hiperglikemia), yang berkaitan dekat dengan diabetes. Mereka mencatat adanya 73 persen reduksi molekul badan yang disebut Reactive Oxygen Species (ROS). Hiperglikemia sanggup menjadikan kadar ROS meningkat tiga kali lipat dan tingginya kadar molekul ini bisa merusak sel-sel tubuh.
Peneliti juga menemukan bahwa sulforaphane mengaktivasi homogen protein dalam badan yang disebut nrf2, yang sanggup melindungi sel-sel dan jaringan dari kerusakan dengan cara mengaktivasi antioksidan dan enzim-enzim detoksifikasi.
"Riset kami mengindikasikan bahwa zat ibarat sulforaphane dalam brokoli sanggup membantu menghadang proses yang berafiliasi dengan perkembangan penyakit pembuluh darah dalam diabetes. Ke depan, penting artinya untuk menggelar penelitian untuk menguji apakah mengonsumsi sayuran brassica menawarkan faedah bagi pasien diabetik. Kami berharap itu akan terjadi," ujar pimpinan riset, Professor Paul Thornalley.
Zat yang berjulukan sulforaphane diyakini mempunyai tugas besar dalam memulihkan kembali pembuluh darah. Seperti dimuat di Jurnal Diabetes, sulforaphane bisa merangsang produksi enzim-enzim yang sanggup melindungi pembuluh darah dan menurunkan molekul-molekul yang menjadikan kerusakan sel-sel secara signifikan. Sayuran-sayuran jenis brassica ibarat brokoli sebelumnya memang berkaitan dengan rendahnya risiko serangan jantung dan stroke.
Orang yang mengidap kencing anggun (diabetes) tercatat mempunyai risiko lebih besar sampai lima kali lipat mengidap penyakit kardiovaskuler ibarat serangan jantung dan stroke, yang keduanya berkaitan dengan kerusakan sel-sel pembuluh darah.
Dalam risetnya, tim dari Universitas Warwick, menguji efek sulforaphane dalam sel-sel pembuluh darah yang rusak akhir tingginya kadar gula darah (hiperglikemia), yang berkaitan dekat dengan diabetes. Mereka mencatat adanya 73 persen reduksi molekul badan yang disebut Reactive Oxygen Species (ROS). Hiperglikemia sanggup menjadikan kadar ROS meningkat tiga kali lipat dan tingginya kadar molekul ini bisa merusak sel-sel tubuh.
Peneliti juga menemukan bahwa sulforaphane mengaktivasi homogen protein dalam badan yang disebut nrf2, yang sanggup melindungi sel-sel dan jaringan dari kerusakan dengan cara mengaktivasi antioksidan dan enzim-enzim detoksifikasi.
"Riset kami mengindikasikan bahwa zat ibarat sulforaphane dalam brokoli sanggup membantu menghadang proses yang berafiliasi dengan perkembangan penyakit pembuluh darah dalam diabetes. Ke depan, penting artinya untuk menggelar penelitian untuk menguji apakah mengonsumsi sayuran brassica menawarkan faedah bagi pasien diabetik. Kami berharap itu akan terjadi," ujar pimpinan riset, Professor Paul Thornalley.