Pembuatan Dekokta, Prinsip Ekstraksi Dan Teladan Resep
Tuesday, July 12, 2016
Metode farmasi menjelaskan bagaimana menghasilkan persediaan herbal yang benar untuk dipakai sebagai obat. Misalnya dalam pembuatan dekokta, gargarisma dan kolutorium, untuk memaksimalkan manfaat tanaman obat. Ada beberapa metode yang sanggup dipakai dalam menghasilkan herba lebih maksimal untuk mengobati penyakit. Termasuk diantaranya Infusa herbal dan pembuatan teh yang paling umum dipakai dalam pengobatan herba.
Dekokta dalam bahasa latin disebut Dekoktum, merupakan sediaan cair yang dibentuk dengan cara mengekstraksi materi nabati dengan pelarut air. prinsip ekstraksi sebagai berikut:
- Pelarut air dipanaskan pada suhu 90 derajat Celsius selama 30 menit. Suhu ini dihitung sehabis panci bab bawah mulai mendidih.
- Takaran air umumnya 10 kali materi herba. Misalnya 10 gram materi herba dipanaskan kedalam 100 ml air.
- Ketika dipanaskan, sesekali diaduk, sehabis simpulan sanggup diperas dan disaring
- Dekokta hanya sanggup dipakai tidak lebih dari 48 jam.
Adapun bahan-bahan nabati (simplisia nabati) pada umumnya memakai herba segar. Karena herba segar belum mengalami penyusutan nutrisi yang masih banyak di dalamnya.
Metode Pembuatan Dekokta
Pembuatan dekokta hampir sama dengan metode infusa herbal, hanya saja dekokta memerlukan waktu pemanasan selama 30 menit. Biasanya dekokta memakai plearut yang lebih sesuai untuk mengekstrak zat aktif herba. Adapun zat pelarut yang sanggup bercampur dengan air, yaitu:
- Pelarut polar, merupakan air ataupun larutan yang berasal dari herba itu sendiri.
- Pelarut non polar, merupakan pelarut yang tidak sanggup bercampur dengan air, menyerupai aseton, etil asetat.
Sebenarnya metode infusa dan dekokta memakai pelarut polar dan non polar. Tetapi dekokta memerlukan waktu pemanasan yang lebih lama, alasannya berkaitan dengan materi nabati yang keras. Misalnya kulit kayu (korteks), ranting/kayu (lignum), akar (radiks), batang, kulit buah (perikarpium), dan biji (semen). Disimpulkan bahwa, metode infusa ditujukan untuk materi herba yang lunak dan dekokta untuk materi nabati yang keras.
Apabila menemukan resep yang menyebutkan istilah merebus dalam website ini, maka metode yang dipakai masih bersifat tradisional. Pembuatan obat herbal atau jamu secara tradisional tidak mengenal istilah farmasi. Umumnya dipanaskan dengan cara mencampur materi nabati lunak dan keras. Karena dalam metode farmasi lebih tertuju pada nilai yang pasti, menyerupai jumlah berat dan dosis air. Pengetahuan farmasi memakai metode infusa, dekokta, gargarisma, kolutorium, teh, sirup, tingtur, dan ekstrak.
Contoh Pembuatan Dekokta
Sebelum menciptakan dekokta, sebaiknya memahami setiap materi nabati, diantaranya materi yang keras, materi tanpa minyak atsiri, dan bab nabati yang tahan terhadap pemanasan. Contoh resep dekokta sebagai berikut:
- Iris-iris 250-300 gram akar alang-alang, atau 10 persen dari volume air.
- Dipanaskan pada suhu 90 derajat Celsius selama 30 menit, terhitung saat dasar panci mulai mendidih.
- Sekali-kali diaduk, saring dan peras selagi panas dengan kain flannel.
- Dekokta diminum 2 kali sehari pada pagi dan sore hari.
- Dekokta harus dibentuk setiap dua hari sekali, dan dipakai tidak lebih dari 48 jam.
- Uji klinis sanggup menyembuhkan 27 kasus dari 30 penderita nefritis akut.
Mengapa dekokta dianggap penting dalam pembuatan persediaan herbal? Pembuatan sediaan herbal dengan kedua metode, infusa dan dekokta, akan mempermudah dalam mencampur ekstraksi. Bahan herba lunak dan keras, masing-masing memakai prinsip yang sesuai dengan dosis tepat. Adapun syarat pembuatan, termasuk peralatan, sanggup dilihat pada halaman Cara Membuat Sediaan Herbal, lalu cara menciptakan infusa, dan cara menyeduh teh yang benar.
Ketiga metode persediaan herbal, infusa, dekokta dan teh, merupakan hal yang paling umum dan mendasar. Tehnik ini sanggup dipakai sehari-hari, khususnya bagi Anda yang ingin mendapat manfaat maksimal tanaman obat.
Referensi
Acuan Sediaan Herbal, publiher Badan POM RI, 2008