8 Jenis Penyakit Herpes (Penyebab, Tanda-Tanda & Pengobatannya)
Sunday, October 1, 2017
Herpes yaitu suatu penyakit pada kulit tubuh yang diakibatkan serangan virus herpes. Nama virusnya dikenal dengan istilah HHV (Human Herpes Virus).
Herpes juga tergolong dalam penyakit menular seksual (PMS). Penyakit ini sanggup menular melalui media mulut, vagina, dan kulit yang luka. Virus pada herpes sanggup timbul dan hilang pada waktu tertentu.
Virus herpes ini mempunyai banyak jenis (tipe) yaitu HHV1-HHV8. Pada masing-masing tipe virus mengakibatkan penyakit kulit herpes yang berbeda.
Terdapat beberapa jenis penyakit herpes sesuai dengan penyebabnya, berikut di bawah ini penjelasannya:
HHV-1 (Herpes Liabialis)
Human Herpes Virus 1 (HHV1) juga sering disebut dengan nama virus herpes simplex 1 (HSV1). Herpes liabialis menyerang area mulut, hidung dan area pinggang ke atas.
Photo credit: Wikimedia.org
Penularannya sanggup terjadi dari adanya kontak fisik secara eksklusif pada penderita. Selain itu, penularan juga sanggup terjadi dari kontak dengan benda-benda yang pernah dipegang penderita, menyerupai handuk, peralatan makan, pisau cukur dan semacamnya.
Gejala Herpes liabialis yaitu:
Selain itu HHV 1 juga menimbulkan tanda-tanda berupa ruam, kemerahan, lepuh, hingga sensasi terbakar. HHV1 sanggup berkembang dari kontak kulit ke kulit.
Belum ditemukan cara memusnahkan virus herpes sepenuhnya dari tubuh. Pengobatan biasanya dilakukan dengan menggunakan obat antiviral yang bertujuan umum untuk mengcegah replikasi atau perkembangan virus, mengurangi dampak, serta menurunkan kemungkinan penularan ke orang lain.
Penanganan herpes labialis harus dilakukan dengan segera sebelum semakin memburuk dan menular. HHV1 sanggup sangat menular, terutama ketika lepuh mengalirkan cairan. Tapi, virus tidak selalu menimbulkan luka.
Virus sanggup lebih aktif dan berkembang lantaran beberapa penyebab menyerupai sering stres, sering terkena paparan sinar matahari langsung, sering lelah, menurunnya sistem kekebalan tubuh, perubahan hormonal (khususnya ketika menstruasi), dan trauma pada kulit
Penyakit herpes labialis sanggup mengakibatkan kesemutan maupun sensasi terbakar di area sekitar bibir atau hidung, kondisi ini terjadi 1-2 hari sebelum lepuh meletus.
Luka biasanya sanggup hilang dengan sendirinya dalam waktu seminggu atau lebih, namun Anda hendaknya tetap melaksanakan pengobatan.
Herpes juga tergolong dalam penyakit menular seksual (PMS). Penyakit ini sanggup menular melalui media mulut, vagina, dan kulit yang luka. Virus pada herpes sanggup timbul dan hilang pada waktu tertentu.
Virus herpes ini mempunyai banyak jenis (tipe) yaitu HHV1-HHV8. Pada masing-masing tipe virus mengakibatkan penyakit kulit herpes yang berbeda.
Terdapat beberapa jenis penyakit herpes sesuai dengan penyebabnya, berikut di bawah ini penjelasannya:
HHV-1 (Herpes Liabialis)
Human Herpes Virus 1 (HHV1) juga sering disebut dengan nama virus herpes simplex 1 (HSV1). Herpes liabialis menyerang area mulut, hidung dan area pinggang ke atas.
Photo credit: Wikimedia.org
Penularannya sanggup terjadi dari adanya kontak fisik secara eksklusif pada penderita. Selain itu, penularan juga sanggup terjadi dari kontak dengan benda-benda yang pernah dipegang penderita, menyerupai handuk, peralatan makan, pisau cukur dan semacamnya.
Gejala Herpes liabialis yaitu:
- Rasa gatal pada mulut
- Rasa kesemutan
- Munculnya lepuhan kecil pada area sekitar hidung, mulut, atau area lain di wajah. Nantinya lepuhan akan mengering, dan dalam waktu 8-10 hari sembuh dengan sendirinya.
Selain itu HHV 1 juga menimbulkan tanda-tanda berupa ruam, kemerahan, lepuh, hingga sensasi terbakar. HHV1 sanggup berkembang dari kontak kulit ke kulit.
Belum ditemukan cara memusnahkan virus herpes sepenuhnya dari tubuh. Pengobatan biasanya dilakukan dengan menggunakan obat antiviral yang bertujuan umum untuk mengcegah replikasi atau perkembangan virus, mengurangi dampak, serta menurunkan kemungkinan penularan ke orang lain.
Penanganan herpes labialis harus dilakukan dengan segera sebelum semakin memburuk dan menular. HHV1 sanggup sangat menular, terutama ketika lepuh mengalirkan cairan. Tapi, virus tidak selalu menimbulkan luka.
Virus sanggup lebih aktif dan berkembang lantaran beberapa penyebab menyerupai sering stres, sering terkena paparan sinar matahari langsung, sering lelah, menurunnya sistem kekebalan tubuh, perubahan hormonal (khususnya ketika menstruasi), dan trauma pada kulit
Penyakit herpes labialis sanggup mengakibatkan kesemutan maupun sensasi terbakar di area sekitar bibir atau hidung, kondisi ini terjadi 1-2 hari sebelum lepuh meletus.
Luka biasanya sanggup hilang dengan sendirinya dalam waktu seminggu atau lebih, namun Anda hendaknya tetap melaksanakan pengobatan.
Pada artikel berjudul Recurrent Herpes Simplex Labialis (Healthline.com) menjelaskan perihal tanda-tanda herpes labialis, lepuh mungkin muncul di area sekitar lisan dalam 1-3 ahad sehabis kontak pertama Anda dengan virus.
Mengenai diagnosa, dokter biasanya akan mengusut lecet dan luka di wajah Anda. Mereka mungkin juga mengirimkan sampel blister ke laboratorium untuk menguji HSV-1 secara khusus.
Mengenai komplikasi, herpes labialis sanggup berbahaya jikalau lepuh atau luka terjadi di akrab mata. Selain itu, penyebaran virus berpotensi ke pecahan kulit lainnya.
Pengobatan
HSV-1 sanggup tetap berada di tubuh selamanya, bahkan jikalau Anda tidak mengalami gejalanya secara berulang. Gejala berulang biasanya hilang dalam 1-2 ahad tanpa pengobatan apapun. Lepuh biasanya akan menjadi kerak sebelum menghilang.
Untuk perawatan di rumah, Anda sanggup menerapkan es ataupun kain hangat ke wajah untuk meredakan rasa sakit. Beberapa orang menentukan menggunakan krim kulit, tapi krim ini biasanya hanya berkhasiat untuk memperpendek tanda-tanda kambuh satu atau dua hari.
Dokter mungkin meresepkan obat antiviral oral untuk melawan virus, seperti:
Obat ini bekerja lebih baik apabila Anda menggunakannya dikala gres saja mengalami tanda-tanda awal dari lisan yang sakit, menyerupai kesemutan di bibir, dan sebelum lecet muncul.
Untuk kasus herpes labialis berulang yang sering menyerang mulut, dokter Anda mungkin menyarankan untuk menggunakan obat ini setiap saat.
Mencegah Penyebaran Herpes:
Gejala biasanya hilang dalam 1-2 minggu, tapi sakit sanggup berpotensi kembali berulang. Tingkat keparahan luka biasanya berkurang dikala seseorang bertambah tua.
Infeksi di akrab mata dan mereka yang mengalami problem kekebalan tubuh, sepertinya perlu menemui dokter.
Mengenai diagnosa, dokter biasanya akan mengusut lecet dan luka di wajah Anda. Mereka mungkin juga mengirimkan sampel blister ke laboratorium untuk menguji HSV-1 secara khusus.
Mengenai komplikasi, herpes labialis sanggup berbahaya jikalau lepuh atau luka terjadi di akrab mata. Selain itu, penyebaran virus berpotensi ke pecahan kulit lainnya.
Pengobatan
HSV-1 sanggup tetap berada di tubuh selamanya, bahkan jikalau Anda tidak mengalami gejalanya secara berulang. Gejala berulang biasanya hilang dalam 1-2 ahad tanpa pengobatan apapun. Lepuh biasanya akan menjadi kerak sebelum menghilang.
Untuk perawatan di rumah, Anda sanggup menerapkan es ataupun kain hangat ke wajah untuk meredakan rasa sakit. Beberapa orang menentukan menggunakan krim kulit, tapi krim ini biasanya hanya berkhasiat untuk memperpendek tanda-tanda kambuh satu atau dua hari.
Dokter mungkin meresepkan obat antiviral oral untuk melawan virus, seperti:
- Acyclovir
- Famciclovir
- Valacyclovir
Obat ini bekerja lebih baik apabila Anda menggunakannya dikala gres saja mengalami tanda-tanda awal dari lisan yang sakit, menyerupai kesemutan di bibir, dan sebelum lecet muncul.
Untuk kasus herpes labialis berulang yang sering menyerang mulut, dokter Anda mungkin menyarankan untuk menggunakan obat ini setiap saat.
Mencegah Penyebaran Herpes:
- Cucilah semua barang yang pernah kontak dengan luka yang terinfeksi, menyerupai handuk. Cuci handuk dalam air panas.
- Jangan membuatkan peralatan masakan atau barang pribadi lainnya dengan orang lain (yang terkena herpes).
- Jangan membuatkan krim kulit dengan siapa saja.
- Agar virus tidak menyebar ke pecahan tubuh lainnya, jangan sentuh lecet atau luka. Jika Anda terlanjur melakukannya maka segera basuh tangan dengan sabun dan air.
Gejala biasanya hilang dalam 1-2 minggu, tapi sakit sanggup berpotensi kembali berulang. Tingkat keparahan luka biasanya berkurang dikala seseorang bertambah tua.
Infeksi di akrab mata dan mereka yang mengalami problem kekebalan tubuh, sepertinya perlu menemui dokter.
HHV-2 (Herpes Genital)
Human Herpes Virus 2 (HHV2) mengakibatkan penyakit herpes genital, ini termasuk penyakit menular seksual yang sanggup menginfeksi. Selain itu sanggup menginfeksi kulit pecahan wajah.
Herpes Genital | Photo credit: Blog.james-stones.me.uk
Seperti halnya HHV1, infeksi HHV2 sanggup menular dan menyebar dengan melalui kontak kulit. Umumnya penularan HHV2 melalui kontak seksual, virus ini tidak sanggup bertahan usang di luar tubuh manusia
Herpes genital umumnya dijumpai pada pecahan alat kelamin, anus dan selangkangan.
Gejala Herpes Genital (HHV2):
Biasanya tanda-tanda herpes genital sanggup didiagnosis sendiri, dengan mencicipi adanya rasa nyeri, gatal, dan luka kecil yang muncul lebih dulu. Lalu membentuk bisul dan koreng. Setelah infeksi awal, herpes genital kemudian menjadi tidak aktif di dalam tubuh, tapi tanda-tanda sanggup berpotensi kambuh dalam jangka panjang.
Pengobatan Herpes Genital
Pada artikel berjudul Pengobatan Herpes Genital / Herpes Simplex (Alodokter.com) menyebutkan bahwa untuk sanggup mengurangi infeksi herpes genital maka biasanya dokter memperlihatkan obat-obatan antivirus menyerupai asiklovir, famsiklovir, dan valasisklovir. Fungsi dari obat-obatan ini untuk mencegah perkembangan virus herpes genital, namun tidak sanggup membasmi virus dari dalam tubuh hingga 100%.
Dokter juga kemungkinan menyarankan pasien untuk meredakan penyakit dengan cara perawatan berdikari di rumah berupa:
Dokter seorang hebat biasanya akan memperlihatkan antivirus dengan takaran lebih tinggi dalam menangani herpes genital pada penderita HIV.
Selain itu, banyak penderita HIV yang terkena HSV yang kebal terhadap obat antivirus standar. Sehingga pasien tersebut mungkin akan diresepkan jenis obat antivirus yang lebih baru.
HHV-3 (Herpes Zoster)
Human Herpes Virus 3 (HHV3) disebut juga dengan nama virus varicella-zoster. Itu merupakan jenis virus herpes yang menimbulkan penyakit kulit cacar.
Photo credit: Wikimedia.org
Virus tersebut tidak sanggup hilang 100% dari dalam tubuh. Ketika kondisi daya tahan tubuh lemah yang disertai kondisi stres, maka virus Varicella zoster yang berdiam di dalam sel sanggup “bangkit” kembali dan menyerang tubuh.
Penularan Herpes zoster sanggup melalui cairan yang dikeluarkan oleh penderita dikala bersin, batuk, ataupun kontak eksklusif dengan penderita.
Herpes zoster menimbulkan ruam yang terasa nyeri. Nyeri berpotensi sanggup terus ada bahkan sehabis ruam hilang (ini disebut postherpetic neuralgia).
Penderita herpes zoster kemungkinan mengalami tanda-tanda nyeri kulit, lepuh, kemerahan, rasa kesemutan atau sangat sensitif, gatal, hingga sensasi terbakar
Herpes zoster berkembang di satu sisi wajah atau tubuh. Ruam terdiri dari lecet yang biasanya mulai hilang dalam 7-10 hari. Sebelum ruam berkembang, penderita mengalami rasa sakit, gatal, atau kesemutan di area ruam akan berkembang.
Ruam terjadi dalam satu garis di sekitar sisi kiri atau kanan tubuh. Dalam kasus lain, ruam terjadi di satu sisi wajah. Herpes zoster sanggup mempengaruhi mata dan mengakibatkan hilangnya penglihatan.
Photo credit: Cdc.gov
Gejala lain dari herpes zoster sanggup termasuk demam, panas dingin, sakit kepala, dan sakit perut
Pada artikel berjudul Prevention & Treatment Shingles / Herpes Zoster (Cdc.gov) menyebutkan perihal pengobatan herpes zoster. Beberapa obat antiviral menyerupai acyclovir, valasiklovir, dan famciclovir tersedia untuk mengobati herpes zoster, mengurangi lamanya dan tingkat keparahan penyakit.
Orang yang terkena herpes zoster harus minum obat sesegera mungkin. Analgesik (obat nyeri) juga sanggup membantu meringankan rasa sakit yang disebabkan oleh herpes zoster.
HHV-4 (Mononucleosis)
Human Herpes Virus 4 (HHV4) disebut juga dengan nama Epstein-Barr Virus (EBV), ini menjadi penyebab utama terjadinya infeksi mononucleosis (kissing disease). Infeksi sanggup menular melalui air liur, sehingga virus ini sanggup menular akhir berciuman.
Virus juga sanggup menular melaui batuk, bersin, ataupun membuatkan peralatan makan dengan penderita. Gejala penyakit mononucleosis yaitu:
Pada laman Epstein-Barr Virus Infection Symptoms, Tests & Treatment (Emedicinehealth.com) menyebutkan bahwa virus ini pertama kali ditemukan pada tahun 1964 dikala Sir Michael Anthony Epstein dan Ibu Yvonne Barr menemukannya di jalur sel limfoma Burkitt.
Pada tahun 1968, virus tersebut dikaitkan dengan penyakit menular mononukleosis. Infeksi virus Epstein-Barr (EBV) juga berkaitan dengan tanda-tanda demam, sakit tenggorokan, kelenjar getah bening bisul di leher, dan terkadang pembesaran limpa.
EBV sanggup mengakibatkan mononucleosis, tapi tidak semua orang yang terinfeksi virus tersebut mengalami mononucleosis. Sel darah putih yang disebut sel B yaitu sasaran utama infeksi EBV.
Mononucleosis akut mengakibatkan sakit tenggorokan, demam, tubuh selalu lelah, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Sejumlah kecil orang yang terinfeksi mengalami komplikasi neurologis, ini termasuk radang otak (ensefalitis) dan lapisan otak (meningitis). Selain itu, infeksi pada sumsum tulang belakang sanggup terjadi, walaupun kecil resikonya.
Mayoritas pasien yang terkena problem komplikasi neurologis sanggup sembuh total. Jarang menjalar ke organ lain menyerupai paru-paru atau jantung.
Mononucleosis juga mengakibatkan kelelahan, yang terkadang sanggup berlangsung selama berminggu-minggu atau bahkan lebih lama.
Jika Ibu hamil terinfeksi, sangat jarang janin ikut terinfeksi EBV. Bahkan di kalangan Ibu hamil yang terinfeksi EBV, tidak ada dokumentasi yang melaporkan kasus cacat lahir.
EBV juga dikaitkan dengan beberapa penyakit autoimun menyerupai tiroiditis autoimun, lupus eritematosus sistemik, multiple sclerosis, rheumatoid arthritis (RA), hepatitis autoimun, sindrom Sjögren, dll.
Kapan Harus Mencari Perawatan Medis Jika Terinfeksi Virus Epstein-Barr?
Virus Epstein-Barr mengakibatkan mononucleosis pada sebagian besar kasus. Gejala ringan infeksi EBV sanggup diobati di rumah. Temui dokter jikalau Anda mengalami:
Jika tanda-tanda EBV menjadi kronis, Anda mungkin dirujuk ke seorang hebat penyakit menular atau hebat imunologi. Anda mungkin perlu menemui hebat saraf untuk mengatasi komplikasi neurologis akhir serangan EBV.
Jika limpa membesar, seseorang umumnya dirujuk ke hebat hematologi, dan jikalau EBV mengakibatkan kanker maka akan dirujuk ke hebat onkologi.
Pengobatan Infeksi Virus Epstein-Barr
Pada dasarnya, tidak ada obat khusus untuk mengobati mononucleosis. Beberapa dokter menggunakan kortikosteroid untuk mengobati pembengkakan yang terjadi di tenggorokan, atau untuk mengobati pembesaran limpa, adapun steroid tidak dibutuhkan pada umumnya penderita.
Obat antiviral kemungkinan diresepkan untuk OHL (oral hairy leukoplakia) menyerupai acyclovir (Zovirax), ganciclovir (Cytovene), and foscarnet (Foscavir).
Istirahat yang cukup, memenuhi kebutuhan cairan tubuh (utamanya air putih), dan obat peredam demam kemungkinan akan direkomendasikan oleh dokter untuk penderita mononukleosis.
Anda harus menghindari trauma (benturan keras) pada limpa, contohnya menyerupai olahraga kontak. Trauma pada limpa harus dihindari setidaknya selama satu bulan, atau hingga limpa tidak lagi membesar.
Hampir semua orang yang terinfeksi EBV sanggup sembuh dalam waktu 1-3 bulan.
Orang yang terkena mononucleosis hendaknya menahan diri untuk tidak menyumbangkan darah hingga setidaknya enam bulan sehabis dirinya sembuh.
HHV-5 (Cytomegalovirus)
Human Herpes Virus 5 (HHV5) disebut juga sebagai Cytomegalovirus (CMV). Ini gotong royong jenis herpes yang tidak berbahaya, hanya saja jikalau keadaan sistem kekebalan tubuh lemah maka sanggup mengakibatkan problem pada penderitanya.
CMV sanggup menular melalui hubungan seksual, pertukaran cairan tubuh, transfusi darah, dan transplantasi organ. Jika kondisi sistem kekebalan tubuh baik, maka penyakit herpes ini tidak menimbulkan tanda-tanda yang mengganggu.
Pada goresan pena berjudul About Cytomegalovirus / CMV (Cdc.gov) menyebutkan bahwa kebanyakan orang yang terinfeksi CMV tidak memperlihatkan gejala, hal itu lantaran sistem kekebalan tubuh yang baik menciptakan virus tidak menimbulkan penyakit.
Infeksi CMV sanggup mengakibatkan problem kesehatan jikalau kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah.
Infeksi CMV pada orang sehat sanggup mengakibatkan penyakit ringan menyerupai demam, sakit tenggorokan, kelelahan, dan kelenjar membengkak.
Orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah yang terkena CMV akan mengalami tanda-tanda yang lebih serius menyerupai gangguan paru-paru, hati, mata, kerongkongan, perut, dan usus.
CMV sanggup menular melaui cairan tubuh menyerupai air kencing, air liur, darah, air mata, air mani, dan air susu ibu. Orang sehat yang terinfeksi CMV biasanya tidak memerlukan perawatan medis.
Dokter melaksanakan tes darah untuk mendiagnosa infeksi CMV pada orang yang telah mempunyai gejalanya.
HHV-7 (Roseola pada Anak)
Human Herpes Virus 7 (HHV7) yaitu infeksi penyakit herpes yang menyerang belum dewasa usia 6 bulan hingga 3 tahun. Gejala penyakit roseola pada belum dewasa yaitu:
Pada artikel berjudul Roseola - Gejala, Penyebab dan Mengobati (Alodokter.com) menyebutkan bahwa roseola infeksi virus yang menyerang bayi atau anak-anak, yang ditandai dengan munculnya tanda-tanda demam dan ruam merah muda di kulit.
Cara penularan infeksinya sama menyerupai cara penularan penyakit pilek, serta penularan melalui benda-benda yang telah terpapar virus tersebut.
Penyakit ini umumnya sanggup sembuh dalam waktu satu minggu. Untuk pengobatannya, intinya tidak diharapkan pengobatan khusus dalam menangani roseola.
Ketika anak mulai mengalami demam, maka pastikan dirinya sanggup beristirahat yang cukup dan juga nyaman, pastikan suhu ruangan tetap sejuk.
Apabila diharapkan (karena anak demam), Anda sanggup melaksanakan kompres dahi. Jangan menggunakan air cuek lantaran sanggup menciptakan anak menggigil. Selain itu, pastikan anak minum air putih yang cukup untuk mengindari dehidrasi.
Apabila demam menciptakan anak merasa sangat tidak nyaman, maka Anda sanggup memperlihatkan obat pereda nyeri menyerupai paracetamol atau ibuprofen.
Penderita perlu dibawa ke dokter apabila ruam belum hilang sehabis 3 hari, mengalami demam sangat tinggi, dan demam tidak kunjung mereda.
Human Herpes Virus 2 (HHV2) mengakibatkan penyakit herpes genital, ini termasuk penyakit menular seksual yang sanggup menginfeksi. Selain itu sanggup menginfeksi kulit pecahan wajah.
Herpes Genital | Photo credit: Blog.james-stones.me.uk
Seperti halnya HHV1, infeksi HHV2 sanggup menular dan menyebar dengan melalui kontak kulit. Umumnya penularan HHV2 melalui kontak seksual, virus ini tidak sanggup bertahan usang di luar tubuh manusia
Herpes genital umumnya dijumpai pada pecahan alat kelamin, anus dan selangkangan.
Gejala Herpes Genital (HHV2):
- Munculnya lecet ataupun lepuhan pada pecahan sekitar kelamin dan anus.
- Lepuhan mengakibatkan rasa gatal, juga sanggup menimbulkan rasa perih.
- Luka atau lepuhan yang terbuka umumnya selama 1-4 hari, pada masa inilah herpes genital gampang menular.
- Termasuk tanda-tanda awalnya yaitu timbulnya rasa panas (juga sanggup gatal) pada pecahan sekitar alat reproduksi sehabis melaksanakan hubungan intim.
- Muncul rasa nyeri ketika buang air kecil, ini disebabkan kondisi lecet atau lepuhan pada area penis dan sekitarnya.
- Biasanya juga tanda-tanda pada tahap awal berupa munculnya flu, demam, nafsu makan menurun, sakit kepala, dan nyeri sendi (seringnya pada pecahan punggung dan leher).
Biasanya tanda-tanda herpes genital sanggup didiagnosis sendiri, dengan mencicipi adanya rasa nyeri, gatal, dan luka kecil yang muncul lebih dulu. Lalu membentuk bisul dan koreng. Setelah infeksi awal, herpes genital kemudian menjadi tidak aktif di dalam tubuh, tapi tanda-tanda sanggup berpotensi kambuh dalam jangka panjang.
Pengobatan Herpes Genital
Pada artikel berjudul Pengobatan Herpes Genital / Herpes Simplex (Alodokter.com) menyebutkan bahwa untuk sanggup mengurangi infeksi herpes genital maka biasanya dokter memperlihatkan obat-obatan antivirus menyerupai asiklovir, famsiklovir, dan valasisklovir. Fungsi dari obat-obatan ini untuk mencegah perkembangan virus herpes genital, namun tidak sanggup membasmi virus dari dalam tubuh hingga 100%.
Dokter juga kemungkinan menyarankan pasien untuk meredakan penyakit dengan cara perawatan berdikari di rumah berupa:
- Membersihkan luka supaya tidak menjad infeksi dan memaksimalkan proses penyembuhan.
- Membersihkan luka sanggup dengan menggunakan air biasa atau air garam.
- Gunakan krim penghilang rasa sakit pada luka melepuh.
- Anda sanggup meringankan rasa sakit dengan cara menutup luka menggunakan es kerikil yang dibalut kain bersih. Jangan menempelkan es secara eksklusif pada kulit.
- Perbanyak minum air putih, yang bermanfaat untuk memperkuat kekebalan tubuh dan mencegah rasa sakit dikala buang air kecil.
- Kenakan pakaian yang longgar, hal ini penting untuk mencegah ukiran yang menimbulkan rasa sakit pada luka lepuh.
Dokter seorang hebat biasanya akan memperlihatkan antivirus dengan takaran lebih tinggi dalam menangani herpes genital pada penderita HIV.
Selain itu, banyak penderita HIV yang terkena HSV yang kebal terhadap obat antivirus standar. Sehingga pasien tersebut mungkin akan diresepkan jenis obat antivirus yang lebih baru.
Pada artikel berjudul Genital Herpes - CDC Fact Sheet (Cdc.gov) memuat tanya-jawab perihal penyakit herpes genital, berikut di bawah ini:
Bagaimana dokter mengetahui apakah saya menderita herpes genital?
Penyedia layanan kesehatan mungkin mendiagnosis herpes genital dengan hanya melihat tanda-tanda Anda. Selain itu juga mungkin sanggup mengambil sampel dan mengujinya.
Dalam situasi tertentu, tes darah dilakukan untuk mencari antibodi herpes. Bicaralah yang jujur dan terbuka dengan penyedia layanan kesehatan dan tanyakan apakah Anda harus menjalani tes herpes.
Dapatkah herpes disembuhkan?
Sayangnya tidak ada obat untuk menyembuhkan herpes sepenuhnya. Namun, ada obat yang sanggup mencegah, meringankan ataupun mengurangi lamanya waktu sakit akhir herpes.
Apa yang terjadi jikalau penderita tidak diobati?
Genital herpes sanggup mengakibatkan luka genital, dan sanggup sangat parah pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Jika menyentuh luka atau cairan dari luka, maka sanggup menyebarkan herpes ke pecahan lain dari tubuh Anda.
Hindari menyentuhnya, apabila Anda menyentuh luka atau cairan maka segera basuh tangan dengan air higienis untuk menghindari penyebaran infeksi.
Bagaimana dokter mengetahui apakah saya menderita herpes genital?
Penyedia layanan kesehatan mungkin mendiagnosis herpes genital dengan hanya melihat tanda-tanda Anda. Selain itu juga mungkin sanggup mengambil sampel dan mengujinya.
Dalam situasi tertentu, tes darah dilakukan untuk mencari antibodi herpes. Bicaralah yang jujur dan terbuka dengan penyedia layanan kesehatan dan tanyakan apakah Anda harus menjalani tes herpes.
Dapatkah herpes disembuhkan?
Sayangnya tidak ada obat untuk menyembuhkan herpes sepenuhnya. Namun, ada obat yang sanggup mencegah, meringankan ataupun mengurangi lamanya waktu sakit akhir herpes.
Apa yang terjadi jikalau penderita tidak diobati?
Genital herpes sanggup mengakibatkan luka genital, dan sanggup sangat parah pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Jika menyentuh luka atau cairan dari luka, maka sanggup menyebarkan herpes ke pecahan lain dari tubuh Anda.
Hindari menyentuhnya, apabila Anda menyentuh luka atau cairan maka segera basuh tangan dengan air higienis untuk menghindari penyebaran infeksi.
Loading...
HHV-3 (Herpes Zoster)
Human Herpes Virus 3 (HHV3) disebut juga dengan nama virus varicella-zoster. Itu merupakan jenis virus herpes yang menimbulkan penyakit kulit cacar.
Photo credit: Wikimedia.org
Virus tersebut tidak sanggup hilang 100% dari dalam tubuh. Ketika kondisi daya tahan tubuh lemah yang disertai kondisi stres, maka virus Varicella zoster yang berdiam di dalam sel sanggup “bangkit” kembali dan menyerang tubuh.
Penularan Herpes zoster sanggup melalui cairan yang dikeluarkan oleh penderita dikala bersin, batuk, ataupun kontak eksklusif dengan penderita.
Herpes zoster menimbulkan ruam yang terasa nyeri. Nyeri berpotensi sanggup terus ada bahkan sehabis ruam hilang (ini disebut postherpetic neuralgia).
Penderita herpes zoster kemungkinan mengalami tanda-tanda nyeri kulit, lepuh, kemerahan, rasa kesemutan atau sangat sensitif, gatal, hingga sensasi terbakar
Herpes zoster berkembang di satu sisi wajah atau tubuh. Ruam terdiri dari lecet yang biasanya mulai hilang dalam 7-10 hari. Sebelum ruam berkembang, penderita mengalami rasa sakit, gatal, atau kesemutan di area ruam akan berkembang.
Ruam terjadi dalam satu garis di sekitar sisi kiri atau kanan tubuh. Dalam kasus lain, ruam terjadi di satu sisi wajah. Herpes zoster sanggup mempengaruhi mata dan mengakibatkan hilangnya penglihatan.
Photo credit: Cdc.gov
Gejala lain dari herpes zoster sanggup termasuk demam, panas dingin, sakit kepala, dan sakit perut
Pada artikel berjudul Prevention & Treatment Shingles / Herpes Zoster (Cdc.gov) menyebutkan perihal pengobatan herpes zoster. Beberapa obat antiviral menyerupai acyclovir, valasiklovir, dan famciclovir tersedia untuk mengobati herpes zoster, mengurangi lamanya dan tingkat keparahan penyakit.
Orang yang terkena herpes zoster harus minum obat sesegera mungkin. Analgesik (obat nyeri) juga sanggup membantu meringankan rasa sakit yang disebabkan oleh herpes zoster.
HHV-4 (Mononucleosis)
Human Herpes Virus 4 (HHV4) disebut juga dengan nama Epstein-Barr Virus (EBV), ini menjadi penyebab utama terjadinya infeksi mononucleosis (kissing disease). Infeksi sanggup menular melalui air liur, sehingga virus ini sanggup menular akhir berciuman.
Virus juga sanggup menular melaui batuk, bersin, ataupun membuatkan peralatan makan dengan penderita. Gejala penyakit mononucleosis yaitu:
- Gejala umum berupa demam, nyeri otot, radang tenggorokan, kantuk, hilang nafsu makan, rasa gelisah, dan pembengkakan kelenjar tubuh.
- Gejala khusus berupa sakit kepala, sesak nafas, leher kaku, denyut jantung cepat, mimisan, sensitif terhadap cahaya, dan sakit kuning.
Pada laman Epstein-Barr Virus Infection Symptoms, Tests & Treatment (Emedicinehealth.com) menyebutkan bahwa virus ini pertama kali ditemukan pada tahun 1964 dikala Sir Michael Anthony Epstein dan Ibu Yvonne Barr menemukannya di jalur sel limfoma Burkitt.
Pada tahun 1968, virus tersebut dikaitkan dengan penyakit menular mononukleosis. Infeksi virus Epstein-Barr (EBV) juga berkaitan dengan tanda-tanda demam, sakit tenggorokan, kelenjar getah bening bisul di leher, dan terkadang pembesaran limpa.
EBV sanggup mengakibatkan mononucleosis, tapi tidak semua orang yang terinfeksi virus tersebut mengalami mononucleosis. Sel darah putih yang disebut sel B yaitu sasaran utama infeksi EBV.
Mononucleosis akut mengakibatkan sakit tenggorokan, demam, tubuh selalu lelah, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Sejumlah kecil orang yang terinfeksi mengalami komplikasi neurologis, ini termasuk radang otak (ensefalitis) dan lapisan otak (meningitis). Selain itu, infeksi pada sumsum tulang belakang sanggup terjadi, walaupun kecil resikonya.
Mayoritas pasien yang terkena problem komplikasi neurologis sanggup sembuh total. Jarang menjalar ke organ lain menyerupai paru-paru atau jantung.
Mononucleosis juga mengakibatkan kelelahan, yang terkadang sanggup berlangsung selama berminggu-minggu atau bahkan lebih lama.
Jika Ibu hamil terinfeksi, sangat jarang janin ikut terinfeksi EBV. Bahkan di kalangan Ibu hamil yang terinfeksi EBV, tidak ada dokumentasi yang melaporkan kasus cacat lahir.
EBV juga dikaitkan dengan beberapa penyakit autoimun menyerupai tiroiditis autoimun, lupus eritematosus sistemik, multiple sclerosis, rheumatoid arthritis (RA), hepatitis autoimun, sindrom Sjögren, dll.
Kapan Harus Mencari Perawatan Medis Jika Terinfeksi Virus Epstein-Barr?
Virus Epstein-Barr mengakibatkan mononucleosis pada sebagian besar kasus. Gejala ringan infeksi EBV sanggup diobati di rumah. Temui dokter jikalau Anda mengalami:
- Demam berkepanjangan
- Sakit perut
- Sakit kepala yang parah
- Kesulitan bernapas
- Sakit kuning (perubahan warna kuning pada kulit atau mata)
Jika tanda-tanda EBV menjadi kronis, Anda mungkin dirujuk ke seorang hebat penyakit menular atau hebat imunologi. Anda mungkin perlu menemui hebat saraf untuk mengatasi komplikasi neurologis akhir serangan EBV.
Jika limpa membesar, seseorang umumnya dirujuk ke hebat hematologi, dan jikalau EBV mengakibatkan kanker maka akan dirujuk ke hebat onkologi.
Pengobatan Infeksi Virus Epstein-Barr
Pada dasarnya, tidak ada obat khusus untuk mengobati mononucleosis. Beberapa dokter menggunakan kortikosteroid untuk mengobati pembengkakan yang terjadi di tenggorokan, atau untuk mengobati pembesaran limpa, adapun steroid tidak dibutuhkan pada umumnya penderita.
Obat antiviral kemungkinan diresepkan untuk OHL (oral hairy leukoplakia) menyerupai acyclovir (Zovirax), ganciclovir (Cytovene), and foscarnet (Foscavir).
Penyakit Oral Hairy Leukoplakia yaitu kondisi terjadinya lesi pada lidah. Terkadang pasien mengalami nyeri pada lesi. Risiko mengalami OHL ini sanggup meningkat pada mereka yang mengalami HIV.
Tapi bukan berarti semua pasien yang mengalami OHL ini yaitu penderita HIV. Munculnya penyakit OHL biasanya lantaran sistem kekebalan tubuh yang melemah. Penanganan OHL umumnya dengan menggunakan obat-obatan antivirus menyerupai acyclovir.
Selain itu, mungkin akan diharapkan podofilin yaitu zat untuk mengelentekan OHL ini.
Tapi bukan berarti semua pasien yang mengalami OHL ini yaitu penderita HIV. Munculnya penyakit OHL biasanya lantaran sistem kekebalan tubuh yang melemah. Penanganan OHL umumnya dengan menggunakan obat-obatan antivirus menyerupai acyclovir.
Selain itu, mungkin akan diharapkan podofilin yaitu zat untuk mengelentekan OHL ini.
Istirahat yang cukup, memenuhi kebutuhan cairan tubuh (utamanya air putih), dan obat peredam demam kemungkinan akan direkomendasikan oleh dokter untuk penderita mononukleosis.
Anda harus menghindari trauma (benturan keras) pada limpa, contohnya menyerupai olahraga kontak. Trauma pada limpa harus dihindari setidaknya selama satu bulan, atau hingga limpa tidak lagi membesar.
Hampir semua orang yang terinfeksi EBV sanggup sembuh dalam waktu 1-3 bulan.
Orang yang terkena mononucleosis hendaknya menahan diri untuk tidak menyumbangkan darah hingga setidaknya enam bulan sehabis dirinya sembuh.
HHV-5 (Cytomegalovirus)
Human Herpes Virus 5 (HHV5) disebut juga sebagai Cytomegalovirus (CMV). Ini gotong royong jenis herpes yang tidak berbahaya, hanya saja jikalau keadaan sistem kekebalan tubuh lemah maka sanggup mengakibatkan problem pada penderitanya.
CMV sanggup menular melalui hubungan seksual, pertukaran cairan tubuh, transfusi darah, dan transplantasi organ. Jika kondisi sistem kekebalan tubuh baik, maka penyakit herpes ini tidak menimbulkan tanda-tanda yang mengganggu.
Pada goresan pena berjudul About Cytomegalovirus / CMV (Cdc.gov) menyebutkan bahwa kebanyakan orang yang terinfeksi CMV tidak memperlihatkan gejala, hal itu lantaran sistem kekebalan tubuh yang baik menciptakan virus tidak menimbulkan penyakit.
Infeksi CMV sanggup mengakibatkan problem kesehatan jikalau kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah.
Infeksi CMV pada orang sehat sanggup mengakibatkan penyakit ringan menyerupai demam, sakit tenggorokan, kelelahan, dan kelenjar membengkak.
Orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah yang terkena CMV akan mengalami tanda-tanda yang lebih serius menyerupai gangguan paru-paru, hati, mata, kerongkongan, perut, dan usus.
CMV sanggup menular melaui cairan tubuh menyerupai air kencing, air liur, darah, air mata, air mani, dan air susu ibu. Orang sehat yang terinfeksi CMV biasanya tidak memerlukan perawatan medis.
Dokter melaksanakan tes darah untuk mendiagnosa infeksi CMV pada orang yang telah mempunyai gejalanya.
Pada artikel berjudul Cytomegalovirus / CMV Infection (Medicinenet.com) menyebutkan bahwa pengobatan untuk infeksi CMV intinya tidak diharapkan pada belum dewasa dan orang remaja yang sehat.
Adapun orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah yang terkena infeksi CMV umumnya diberikan obat antivirus.
Gansiklovir (Cytovene) yaitu obat antiviral pertama yang disetujui untuk pengobatan infeksi CMV. Efek sampingnya menyerupai demam, ruam, diare, anemia, dan penurunan jumlah sel darah putih dan trombosit.
Valganciclovir (Valcyte) yaitu obat oral yang banyak dipakai untuk mencegah infeksi CMV (profilaksis). Penggunaannya sama efektifnya dengan gansiklovir dalam kasus yang lebih ringan.
Foscarnet (Foscavir) aktif melawan CMV dengan mekanisme yang berbeda dari gansiklovir, dipakai untuk mengobati infeksi dengan CMV yang resisten terhadap gansiklovir. Dapat dikatakan ini merupakan pengobatan cadangan untuk pasien yang tidak mentolerir pengobatan gansiklovir.
Cidofovir (Vistide) sebagai alternatif untuk pasien yang gagal dalam pengobatan gansiklovir dan foscarnet. Penggunaannya terbatas lantaran mengakibatkan toksisitas pada ginjal.
Hal lainnya, tidak ada pengobatan rumahan (tradisional) yang terbukti efektif dalam mengobati infeksi CMV.
Adapun orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah yang terkena infeksi CMV umumnya diberikan obat antivirus.
Gansiklovir (Cytovene) yaitu obat antiviral pertama yang disetujui untuk pengobatan infeksi CMV. Efek sampingnya menyerupai demam, ruam, diare, anemia, dan penurunan jumlah sel darah putih dan trombosit.
Valganciclovir (Valcyte) yaitu obat oral yang banyak dipakai untuk mencegah infeksi CMV (profilaksis). Penggunaannya sama efektifnya dengan gansiklovir dalam kasus yang lebih ringan.
Foscarnet (Foscavir) aktif melawan CMV dengan mekanisme yang berbeda dari gansiklovir, dipakai untuk mengobati infeksi dengan CMV yang resisten terhadap gansiklovir. Dapat dikatakan ini merupakan pengobatan cadangan untuk pasien yang tidak mentolerir pengobatan gansiklovir.
Cidofovir (Vistide) sebagai alternatif untuk pasien yang gagal dalam pengobatan gansiklovir dan foscarnet. Penggunaannya terbatas lantaran mengakibatkan toksisitas pada ginjal.
Hal lainnya, tidak ada pengobatan rumahan (tradisional) yang terbukti efektif dalam mengobati infeksi CMV.
HHV-6 (Roseola Infantum)
Human Herpes Virus 6 (HHV6) yang juga disebut dengan Roseola Infantum, merupakan infeksi penyakit herpes yang umumnya menyerang bayi usia 6-15 bulan. Penularannya sanggup terjadi melalui air liur penderita. Gejalanya berupa:
Dari laman Medscape.com menyebutkan bahwa HHV-6 terdiri dari 2 bentuk, A dan B. Pada tahun 2012, HHV-6A dan HHV-6B secara resmi dianggap spesies yang berbeda daripada varian dari 1 spesies.
HHV-6B mengakibatkan penyakit belum dewasa roseola infantum. Manifestasi khusus infeksi HHV-6A masih belum terdefinisi.
Infeksi primer HHV-6B biasanya terjadi pada bayi, menimbulkan tanda-tanda demam pada anak usia 6-24 bulan. Pada pasien yang terinfeksi HIV, infeksi HHV-6 sanggup bresiko mempercepat perkembangan AIDS.
Tidak ada pengobatan khusus untuk infeksi HHV-6 yang telah ditetapkan. Pengobatan bervariasi sesuai dengan kondisi dari penderita. Dalam beberapa kasus, bayi penderita memerlukan rawat inap.
Antiviral menyerupai gansiklovir dan foscarnet telah disarankan untuk pengobatan dalam kondisi akut, namun belum ada bukti ilmiahnya. Selain itu, belum ada vaksin untuk virus ini.
Human Herpes Virus 6 (HHV6) yang juga disebut dengan Roseola Infantum, merupakan infeksi penyakit herpes yang umumnya menyerang bayi usia 6-15 bulan. Penularannya sanggup terjadi melalui air liur penderita. Gejalanya berupa:
- Demam tinggi selama 3-5 hari. Dalam beberapa kasus sanggup menimbulkan kejang pada bayi (akibat demam tinggi).
- Timbul bintik merah pada kulit bayi sehabis demam turun.
- Timbul pembengkakan kelenjar di pecahan depan atau belakang leher, juga sanggup disertai dengan kelopak mata bisul dan hidung meler.
- Diare ringan.
Dari laman Medscape.com menyebutkan bahwa HHV-6 terdiri dari 2 bentuk, A dan B. Pada tahun 2012, HHV-6A dan HHV-6B secara resmi dianggap spesies yang berbeda daripada varian dari 1 spesies.
HHV-6B mengakibatkan penyakit belum dewasa roseola infantum. Manifestasi khusus infeksi HHV-6A masih belum terdefinisi.
Infeksi primer HHV-6B biasanya terjadi pada bayi, menimbulkan tanda-tanda demam pada anak usia 6-24 bulan. Pada pasien yang terinfeksi HIV, infeksi HHV-6 sanggup bresiko mempercepat perkembangan AIDS.
Tidak ada pengobatan khusus untuk infeksi HHV-6 yang telah ditetapkan. Pengobatan bervariasi sesuai dengan kondisi dari penderita. Dalam beberapa kasus, bayi penderita memerlukan rawat inap.
Antiviral menyerupai gansiklovir dan foscarnet telah disarankan untuk pengobatan dalam kondisi akut, namun belum ada bukti ilmiahnya. Selain itu, belum ada vaksin untuk virus ini.
Pada artikel berjudul Human Herpesvirus 6 Infection Treatment & Management (Medscape.com) menyebutkan bahwa pengobatan infeksi herpesvirus 6 (HHV-6) bervariasi sesuai dengan kondisi klinis yang ada.
Pengobatan biasanya tidak perlu untuk infeksi primer. Pada bayi yang terkena roseola infantum, pengobatan bersifat suportif.
Adapun bayi yang mengalami kejang maupun demam umumnya harus dirawat di rumah sakit. Secara keseluruhan, sekitar 13% bayi yang terkena infeksi akut HHV-6 memerlukan rawat inap.
Pengobatan khusus untuk infeksi HHV-6 akut masih dalam penelitian. Beberapa hebat merekomendasikan gansiklovir dan foscarnet pada kondisi yang berat.
Perlu diketahui infeksi HHV-6 belum sanggup dicegah dan belum ada vaksinnya. Pastikan istirahat yang cukup pada Anak-anak yang terkena roseola.
Pengobatan biasanya tidak perlu untuk infeksi primer. Pada bayi yang terkena roseola infantum, pengobatan bersifat suportif.
Adapun bayi yang mengalami kejang maupun demam umumnya harus dirawat di rumah sakit. Secara keseluruhan, sekitar 13% bayi yang terkena infeksi akut HHV-6 memerlukan rawat inap.
Pengobatan khusus untuk infeksi HHV-6 akut masih dalam penelitian. Beberapa hebat merekomendasikan gansiklovir dan foscarnet pada kondisi yang berat.
Perlu diketahui infeksi HHV-6 belum sanggup dicegah dan belum ada vaksinnya. Pastikan istirahat yang cukup pada Anak-anak yang terkena roseola.
loading...
HHV-7 (Roseola pada Anak)
Human Herpes Virus 7 (HHV7) yaitu infeksi penyakit herpes yang menyerang belum dewasa usia 6 bulan hingga 3 tahun. Gejala penyakit roseola pada belum dewasa yaitu:
- Adanya penurunan pada nafsu makan anak.
- Demam tinggi dan tanda-tanda flu ringan, umumnya berlangsung 5-7 hari.
- Anak menjadi sering rewel.
- Setelah demam mereda, kemudian akan timbul ruam berwarna merah muda. Ruam tersebut sanggup muncul pada semua pecahan tubuh anak.
- Ketika disentuh, ruam tersebut berubah warna menjadi cenderung putih.
Pada artikel berjudul Roseola - Gejala, Penyebab dan Mengobati (Alodokter.com) menyebutkan bahwa roseola infeksi virus yang menyerang bayi atau anak-anak, yang ditandai dengan munculnya tanda-tanda demam dan ruam merah muda di kulit.
Cara penularan infeksinya sama menyerupai cara penularan penyakit pilek, serta penularan melalui benda-benda yang telah terpapar virus tersebut.
Penyakit ini umumnya sanggup sembuh dalam waktu satu minggu. Untuk pengobatannya, intinya tidak diharapkan pengobatan khusus dalam menangani roseola.
Ketika anak mulai mengalami demam, maka pastikan dirinya sanggup beristirahat yang cukup dan juga nyaman, pastikan suhu ruangan tetap sejuk.
Apabila diharapkan (karena anak demam), Anda sanggup melaksanakan kompres dahi. Jangan menggunakan air cuek lantaran sanggup menciptakan anak menggigil. Selain itu, pastikan anak minum air putih yang cukup untuk mengindari dehidrasi.
Apabila demam menciptakan anak merasa sangat tidak nyaman, maka Anda sanggup memperlihatkan obat pereda nyeri menyerupai paracetamol atau ibuprofen.
Penderita perlu dibawa ke dokter apabila ruam belum hilang sehabis 3 hari, mengalami demam sangat tinggi, dan demam tidak kunjung mereda.
HHV-8 (Sarkoma Kaposi)
Human Herpes Virus 8 (HHV8) merupakan jenis herpes yang sanggup mengakibatkan pembentukan tumor pada penderita AIDS. Hal ini sering dinamai dengan Sarkoma Kaposi.
Photo credit: Wikipedia.org
HHV8 sanggup mengakibatkan kanker lainnya yang bekerjasama dengan AIDS. Infeksi sanggup menyebar pada pecahan kulit, akses pernafasan, mulut, dan akses pencernaan.
Gejala penyakit sarkoma kaposi:
Pada goresan pena berjudul Memahami Sarkoma Kaposi, Jenis Dan Penanganannya (Alodokter.com) menjelaskan bahwa Sarkoma Kaposi muncul akhir infeksi virus, dampaknya berupa resiko penyakit kanker atau tumor.
Penderita HIV yang terjangkit sarkoma kaposi akan diberi pengobatan untuk mencegah virus berlipat ganda dan juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Dengan baiknya sistem kekebalan tubuh maka akan sanggup menekan jumlah HHV-8 di dalam tubuh.
Jika kondisi penyakit sarkoma tidak banyak jumlahnya, dan ukurannya masih kecil maka beberapa mekanisme medis yang mungkin dilakukan dokter, yaitu:
Penderita hendaknya pergi ke dokter untuk berkonsultasi lebih lanjut perihal penyakit sarkoma Kaposi ini.
Human Herpes Virus 8 (HHV8) merupakan jenis herpes yang sanggup mengakibatkan pembentukan tumor pada penderita AIDS. Hal ini sering dinamai dengan Sarkoma Kaposi.
Photo credit: Wikipedia.org
HHV8 sanggup mengakibatkan kanker lainnya yang bekerjasama dengan AIDS. Infeksi sanggup menyebar pada pecahan kulit, akses pernafasan, mulut, dan akses pencernaan.
Gejala penyakit sarkoma kaposi:
- Pada kulit muncul bintik (atau bisul) yang berwarna merah, hitam, ungu ataupun coklat. Bintik tersebut muncul di pecahan kulit wajah, mulut, alat kelamin dan telapak kaki.
- Adapun bintik pada pecahan telapak kaki terkadang berbentuk plak.
- Timbul sesak nafas, demam, batuk (terkadang batuk darah), dan nyeri pada dada.
- Gangguan akses pencernaan menyerupai diare, muntah, turunnya berat tubuh dan gangguan perut.
Pada goresan pena berjudul Memahami Sarkoma Kaposi, Jenis Dan Penanganannya (Alodokter.com) menjelaskan bahwa Sarkoma Kaposi muncul akhir infeksi virus, dampaknya berupa resiko penyakit kanker atau tumor.
Penderita HIV yang terjangkit sarkoma kaposi akan diberi pengobatan untuk mencegah virus berlipat ganda dan juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Dengan baiknya sistem kekebalan tubuh maka akan sanggup menekan jumlah HHV-8 di dalam tubuh.
Jika kondisi penyakit sarkoma tidak banyak jumlahnya, dan ukurannya masih kecil maka beberapa mekanisme medis yang mungkin dilakukan dokter, yaitu:
- Kemoterapi: Obat-obatan untuk menghambat atau menghentikan perkembangan sel kanker.
- Radioterapi: Terapi menggunakan sinar radiasi untuk menghancurkan sel kanker.
- Krioterapi: Terapi untuk membunuh sel kanker dengan cara membekukan area (jaringan) tubuh yang berada di akrab sekitar sel kanker.
Penderita hendaknya pergi ke dokter untuk berkonsultasi lebih lanjut perihal penyakit sarkoma Kaposi ini.