Obat Kanker Herbal Dengan Mahkota Dewa
Wednesday, February 8, 2017
Tanaman Mahkota Dewa atau nama ilmiahnya Phaleria macrocarpa merupakan tumbuhan orisinil Indonesia yang punya segudang manfaat. Banyak penyakit menyerupai gatal-gatal, pegal-pegal, atau flu, hingga penyakit berat menyerupai kanker dan diabetes bisa disembuhkan dengan mengkonsumsi buah mahkota Dewa ini.
Banyak masyarakat di Indonesia yang menanamnya dirumah atau malahan telah menggunakannya sebagai ramuan obat herbal. Mehkota Dewa punya khasiat luar biasa.
Tanaman Mahkota Dewa diketahui bermanfaat untuk menyembuhkan kanker. Karena Kanker ini termasuk penyakit berat perlu waktu hingga bulanan, namun mahkota tuhan sanggup melawan kanker hingga tuntas tas.... Hal Tersebut berdasarkan pengalaman empiris banyak orang, termasuk yang merasa sembuh dari penyakit pada organ hati atau jantung, hipertensi, rematik, serta asam urat.
Untuk mengolah mahkota tuhan jadi obat pun sangat gampang. Cuma dengan menyeduh teh racik terbuat dari kulit dan daging buah, cangkang buah, atau daunnya, materi obat alami ini pun siap dipakai. Kalau enggak menghendaki rasa pahitnya, kita bisa sedikit bersusah payah mengolahnya menjadi ramuan instan. Rasanya ditanggung lebih sedap tanpa mengurangi khasiat.
Tanaman yang berasal dari daratan Papua ini di Jawa disebut makuto dewo, makuto rojo, atau makuto ratu. Orang Banten menyebutnya raja obat, sebab khasiatnya bisa menyembuhkan banyak sekali penyakit. Sementara, orang-orang dari etnik Cina menamainya pau yang artinya obat pusaka.
Obat alergi hingga kanker
Sebagian orang mungkin pernah sekadar melihatnya, sebagian lagi mendengar namanya pun tidak pernah. Wajar kalau selama ini sangat sedikit orang tahu mahkota dewa. Apalagi khasiatnya. Bahkan, di banyak forum penelitian yang menangani flora mempunyai kegunaan obat belum ditemukan hasil penelitiannya. Sampai dikala ini, setidaknya gres dr. Regina Sumastuti dari Jurusan Farmakologi, Universitas Gadjah Mada yang telah menelitinya. Itu pun masih terbatas pada pengujian terhadap imbas antihistamin atau antialergi. Padahal, kalangan keraton Solo dan Yogyakarta telah usang mengenalnya dan memanfaatkannya sebagai tumbuhan obat. Beruntung, lama-lama manfaat luar biasa ini bocor ke kalangan awam.
Sekarang, tumbuhan ini seakan turun dari langit sebagai tuhan penyelamat orang sakit. Berbagai kesaksian dikemukakan mereka yang telah mencicipi khasiatnya. Dalam buku Mahkota Dewa Obat Pusaka Para Dewa karya Ning Harmanto, ketua Kerukunan Wanita Tani Bunga Lily, yang menekuni pengobatan dengan mahkota dewa, ada 26 orang yang mengakui keampuhannya atau ditulis berhasil sembuh dari sakitnya berkat mahkota dewa.
Di antara mereka yakni Tuti Ariestyani Winata, yang sehabis menjalani operasi pengangkatan kista di rahim, mengalami kemunduran kondisi tubuh. Badannya kurus, perutnya membuncit menyerupai sedang hamil tua, jari-jari kakinya menggemuk, tekanan darahnya naik-turun, dan Hb-nya sangat rendah.
Beberapa dokter yang dikunjunginya memperlihatkan diagnosis berbeda. Ada yang mendiagnosisnya menderita kanker hati, sirosis hati, dan ada pula yang menyatakan ia menderita hepatitis kronis. Tak kunjung memperoleh kepastian penyakit yang dideritanya, atas saran Ning, Tuti balasannya mengonsumsi air rebusan daging buah mahkota dewa. Setelah enam bulan, Tuti merasa sembuh dan kondisi tubuhnya membaik kembali.
Selain Tuti, Diana yang berdomisili di Bekasi menyatakan berhasil sembuh dari penyakit kanker di payudara kanannya sehabis menjalani operasi dua kali lagi untuk membersihkan kanker di payudara kirinya. Anna Winata di Bogor dan Retno di Bekasi juga mencicipi sehat kembali dari sakit kanker rahim berkat mahkota dewa. Ny. Parlan di Balikpapan pun berhasil menormalkan kadar gula darahnya berkat flora obat ini. Masih banyak lagi pola keberhasilan yang lain. Sayangnya, yang tidak berhasil tidak pernah terungkap, sehingga tidak bisa diketahui penyakit apa yang tidak bisa dilawan tumbuhan berbuah merah menyala ini.
Selama ini daun dan buah mahkota tuhan dimanfaatkan masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa, sebagai obat penyakit kulit, gatal-gatal, dan eksim. Penyakit tersebut ditandai dengan tanda-tanda gatal-gatal, membuktikan adanya alergi terhadap biro tertentu yang mendorong sel-sel tubuh mengeluarkan histamin.
Soal kemampuan melawan penyakit kulit ini Sumastuti sudah membuktikannya. Dari penelitian secara in vitro memakai usus halus marmot, diketahui, memang benar daun dan buah mahkota tuhan mempunyai imbas antihistamin. Artinya, tumbuhan tersebut secara ilmiah bisa dipertanggungjawabkan penggunaannya sebagai obat gatal-gatal tanggapan gigitan serangga atau ulat bulu, eksim, dan penyakit lain tanggapan alergi.
Penelitian lain masih kita tunggu untuk membuktikan khasiat luar biasa menyerupai yang dirasakan beberapa orang di atas. Namun, kisah dari verbal ke verbal rupanya sudah menciptakan orang, terutama yang sakit berat dan umumnya hampir putus harapan, percaya. Maka, orang pun mulai beramai-ramai mencari kepingan mempunyai kegunaan mahkota dewa. Tak sedikit yang mencoba menanamnya di pekarangan rumah. Bahkan, ada yang melihat wabah ini sebagai peluang perjuangan untuk membudidayakan dan mengolahnya menjadi produk ramuan obat tradisional atau jamu dengan banyak sekali bentuk.
Dijadikan teh
Menanam mahkota tuhan memang bukan masalah sulit. Tumbuhan, yang bisa hidup baik pada ketinggian 10 – 1.000 m dpl., ini bisa ditanam dari biji atau hasil cangkokan. Meski penanamannya bisa di dalam pot atau pribadi di tanah, pertumbuhannya akan lebih baik kalau ditanam di tanah. Tanaman dari biji biasanya sudah berbuah pada umur 10 – 12 bulan. Yang berasal dari cangkokan, mestinya berbuah lebih cepat.
Buah inilah kepingan yang paling banyak digunakan sebagai obat alami, di samping daun dan batang. Dari ketiga bagiannya, yakni kulit dan daging buah, cangkang (batok biji), serta biji, yang dimanfaatkan umumnya kulit dan daging buah serta cangkangnya. Buah muda berwarna hijau dan yang bau tanah berwarna merah cerah.
Khasiat buah muda dan bau tanah sama saja, terperinci Ning. Sayang, senyawa apa yang terkandung dalam bagian-bagian buah, masih belum terungkap secara detil. Cuma, Hutapea dkk. (1999), menyerupai dikutip Sumastuti, menyatakan, dalam daun dan kulit buah makuto dewo terkandung senyawa saponin dan flavonoid, yang masing-masing mempunyai imbas antialergi dan antihistamin.
Ning menulis, dalam keadaan segar, kulit dan daging buah muda mahkota tuhan terasa sepet-sepet pahit. Sedangkan yang sudah bau tanah sepet-sepet agak manis. Jika dimakan segar akan mengakibatkan jerawat di mulut, sariawan, mabuk, bahkan keracunan. Apa penyebabnya, belum diketahui dengan pasti. Karenanya, tidak dianjurkan untuk mengonsumsinya dalam keadaan segar.
Cangkangnya mempunyai rasa sepet-sepet pahit, lebih pahit dari kulit dan daging buah. Bagian ini juga tidak dianjurkan untuk dikonsumsi pribadi sebab sanggup mengakibatkan mabuk, pusing, bahkan pingsan. Namun, sehabis diolah, kepingan ini lebih mujarab ketimbang kulit dan daging buah. Ia sanggup mengobati penyakit berat macam kanker payo dara, kanker rahim, sakit paru-paru, dan sirosis hati.
Ada alasan mengapa biji mahkota tuhan tidak dikonsumsi. Bijinya sangat beracun. Kalau mengunyahnya, kita bisa muntah-muntah dan pengecap mati rasa, tambah Ning. Karenanya, kepingan ini cuma digunakan sebagai obat luar untuk penyakit kulit.
Sudah tentu untuk menjadikan daging buah atau cangkangnya sebagai obat, perlu pengolahan terlebih dulu. Bisa dijadikan buah kering, teh racik, atau ramuan instan. Namun, yang sering dilakukan yakni dengan menjadikannya teh racik dan ramuan instan.
Bagian lain yang bisa dijadikan obat yakni batang dan daun. Menurut Ning dalam bukunya, batang mahkota tuhan secara empiris bisa mengobati kanker tulang. Sedangkan daunnya bisa menyembuhkan lemah sawat, disentri, alergi, dan tumor. Cara memanfaatkan daun yakni dengan merebus dan meminum airnya.
Jangan kaget. Begitu minum ramuan mahkota dewa, kita segera mencicipi serangan kantuk. Efek ini normal. Efek lainnya yakni mabuk. Untuk menghilangkan imbas ini dianjurkan untuk minum air lebih banyak. Untuk konsumsi selanjutnya, dosis mahkota tuhan perlu dikurangi. Jika masih tetap mabuk, sebaiknya untuk sementara hentikan dulu. Di samping imbas jelek tadi ternyata masih ada imbas baik-nya.
Menurut Ning, dalam proses menyembuhkan penyakit dalam atau penyakit serius macam kanker rahim, sehabis pasien mengonsumsi seduhan mahkota tuhan badannya bisa mencicipi panas-dingin, bahkan adakala mengeluarkan gumpalan darah berbau busuk. Ini merupakan proses pencucian penyakit, tulis Ning.
Penggunaannya bisa dalam bentuk ramuan tunggal bisa pula ramuan campuran. Pencampuran dengan flora obat lain dimaksudkan untuk memperkuat khasiatnya dan menetralisir racun. Juga untuk mengurangi rasa tidak enaknya, tutur Ning, yang mengaku sering melayani resep yang ditulis beberapa dokter.
Upaya penyembuhan memakai ramuan mahkota dewa, berdasarkan Ning, tidak bisa cepat membuahkan hasil. Pengobatannya perlu dilakukan beberapa kali. Bahkan untuk penyakit berat yang kronis perlu waktu lama. Yang perlu diperhatikan yakni dosis penggunaannya mesti tidak melebihi yang dianjurkan. Kalau takarannya berlebih, imbas yang tidak diinginkan bisa muncul.
Mesti diingat, perempuan hamil muda dihentikan mengonsumsi mahkota dewa. Seperti dikutip Ning, Sumastuti juga telah membuktikan mahkota tuhan bisa berperan menyerupai oxytosin atau sintosinon yang sanggup memacu kerja otot rahim sehingga memperlancar proses persalinan. Ini bisa membahayakan kehamilan yang masih muda.
Yang tak kalah penting, pesan Ning, dalam memakai ramuan mahkota tuhan kita dianjurkan menyugesti atau menyakinkan diri bahwa ramuan ini manjur, berdoa untuk kesembuhan kita, dan tetap mengunjungi dokter untuk mengetahui perkembangan kesehatan kita.
Source: Majalah intisari
Banyak masyarakat di Indonesia yang menanamnya dirumah atau malahan telah menggunakannya sebagai ramuan obat herbal. Mehkota Dewa punya khasiat luar biasa.
Tanaman Mahkota Dewa diketahui bermanfaat untuk menyembuhkan kanker. Karena Kanker ini termasuk penyakit berat perlu waktu hingga bulanan, namun mahkota tuhan sanggup melawan kanker hingga tuntas tas.... Hal Tersebut berdasarkan pengalaman empiris banyak orang, termasuk yang merasa sembuh dari penyakit pada organ hati atau jantung, hipertensi, rematik, serta asam urat.
Untuk mengolah mahkota tuhan jadi obat pun sangat gampang. Cuma dengan menyeduh teh racik terbuat dari kulit dan daging buah, cangkang buah, atau daunnya, materi obat alami ini pun siap dipakai. Kalau enggak menghendaki rasa pahitnya, kita bisa sedikit bersusah payah mengolahnya menjadi ramuan instan. Rasanya ditanggung lebih sedap tanpa mengurangi khasiat.
Tanaman yang berasal dari daratan Papua ini di Jawa disebut makuto dewo, makuto rojo, atau makuto ratu. Orang Banten menyebutnya raja obat, sebab khasiatnya bisa menyembuhkan banyak sekali penyakit. Sementara, orang-orang dari etnik Cina menamainya pau yang artinya obat pusaka.
Obat alergi hingga kanker
Sebagian orang mungkin pernah sekadar melihatnya, sebagian lagi mendengar namanya pun tidak pernah. Wajar kalau selama ini sangat sedikit orang tahu mahkota dewa. Apalagi khasiatnya. Bahkan, di banyak forum penelitian yang menangani flora mempunyai kegunaan obat belum ditemukan hasil penelitiannya. Sampai dikala ini, setidaknya gres dr. Regina Sumastuti dari Jurusan Farmakologi, Universitas Gadjah Mada yang telah menelitinya. Itu pun masih terbatas pada pengujian terhadap imbas antihistamin atau antialergi. Padahal, kalangan keraton Solo dan Yogyakarta telah usang mengenalnya dan memanfaatkannya sebagai tumbuhan obat. Beruntung, lama-lama manfaat luar biasa ini bocor ke kalangan awam.
Sekarang, tumbuhan ini seakan turun dari langit sebagai tuhan penyelamat orang sakit. Berbagai kesaksian dikemukakan mereka yang telah mencicipi khasiatnya. Dalam buku Mahkota Dewa Obat Pusaka Para Dewa karya Ning Harmanto, ketua Kerukunan Wanita Tani Bunga Lily, yang menekuni pengobatan dengan mahkota dewa, ada 26 orang yang mengakui keampuhannya atau ditulis berhasil sembuh dari sakitnya berkat mahkota dewa.
Di antara mereka yakni Tuti Ariestyani Winata, yang sehabis menjalani operasi pengangkatan kista di rahim, mengalami kemunduran kondisi tubuh. Badannya kurus, perutnya membuncit menyerupai sedang hamil tua, jari-jari kakinya menggemuk, tekanan darahnya naik-turun, dan Hb-nya sangat rendah.
Beberapa dokter yang dikunjunginya memperlihatkan diagnosis berbeda. Ada yang mendiagnosisnya menderita kanker hati, sirosis hati, dan ada pula yang menyatakan ia menderita hepatitis kronis. Tak kunjung memperoleh kepastian penyakit yang dideritanya, atas saran Ning, Tuti balasannya mengonsumsi air rebusan daging buah mahkota dewa. Setelah enam bulan, Tuti merasa sembuh dan kondisi tubuhnya membaik kembali.
Selain Tuti, Diana yang berdomisili di Bekasi menyatakan berhasil sembuh dari penyakit kanker di payudara kanannya sehabis menjalani operasi dua kali lagi untuk membersihkan kanker di payudara kirinya. Anna Winata di Bogor dan Retno di Bekasi juga mencicipi sehat kembali dari sakit kanker rahim berkat mahkota dewa. Ny. Parlan di Balikpapan pun berhasil menormalkan kadar gula darahnya berkat flora obat ini. Masih banyak lagi pola keberhasilan yang lain. Sayangnya, yang tidak berhasil tidak pernah terungkap, sehingga tidak bisa diketahui penyakit apa yang tidak bisa dilawan tumbuhan berbuah merah menyala ini.
Selama ini daun dan buah mahkota tuhan dimanfaatkan masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa, sebagai obat penyakit kulit, gatal-gatal, dan eksim. Penyakit tersebut ditandai dengan tanda-tanda gatal-gatal, membuktikan adanya alergi terhadap biro tertentu yang mendorong sel-sel tubuh mengeluarkan histamin.
Soal kemampuan melawan penyakit kulit ini Sumastuti sudah membuktikannya. Dari penelitian secara in vitro memakai usus halus marmot, diketahui, memang benar daun dan buah mahkota tuhan mempunyai imbas antihistamin. Artinya, tumbuhan tersebut secara ilmiah bisa dipertanggungjawabkan penggunaannya sebagai obat gatal-gatal tanggapan gigitan serangga atau ulat bulu, eksim, dan penyakit lain tanggapan alergi.
Penelitian lain masih kita tunggu untuk membuktikan khasiat luar biasa menyerupai yang dirasakan beberapa orang di atas. Namun, kisah dari verbal ke verbal rupanya sudah menciptakan orang, terutama yang sakit berat dan umumnya hampir putus harapan, percaya. Maka, orang pun mulai beramai-ramai mencari kepingan mempunyai kegunaan mahkota dewa. Tak sedikit yang mencoba menanamnya di pekarangan rumah. Bahkan, ada yang melihat wabah ini sebagai peluang perjuangan untuk membudidayakan dan mengolahnya menjadi produk ramuan obat tradisional atau jamu dengan banyak sekali bentuk.
Dijadikan teh
Menanam mahkota tuhan memang bukan masalah sulit. Tumbuhan, yang bisa hidup baik pada ketinggian 10 – 1.000 m dpl., ini bisa ditanam dari biji atau hasil cangkokan. Meski penanamannya bisa di dalam pot atau pribadi di tanah, pertumbuhannya akan lebih baik kalau ditanam di tanah. Tanaman dari biji biasanya sudah berbuah pada umur 10 – 12 bulan. Yang berasal dari cangkokan, mestinya berbuah lebih cepat.
Buah inilah kepingan yang paling banyak digunakan sebagai obat alami, di samping daun dan batang. Dari ketiga bagiannya, yakni kulit dan daging buah, cangkang (batok biji), serta biji, yang dimanfaatkan umumnya kulit dan daging buah serta cangkangnya. Buah muda berwarna hijau dan yang bau tanah berwarna merah cerah.
Khasiat buah muda dan bau tanah sama saja, terperinci Ning. Sayang, senyawa apa yang terkandung dalam bagian-bagian buah, masih belum terungkap secara detil. Cuma, Hutapea dkk. (1999), menyerupai dikutip Sumastuti, menyatakan, dalam daun dan kulit buah makuto dewo terkandung senyawa saponin dan flavonoid, yang masing-masing mempunyai imbas antialergi dan antihistamin.
Ning menulis, dalam keadaan segar, kulit dan daging buah muda mahkota tuhan terasa sepet-sepet pahit. Sedangkan yang sudah bau tanah sepet-sepet agak manis. Jika dimakan segar akan mengakibatkan jerawat di mulut, sariawan, mabuk, bahkan keracunan. Apa penyebabnya, belum diketahui dengan pasti. Karenanya, tidak dianjurkan untuk mengonsumsinya dalam keadaan segar.
Cangkangnya mempunyai rasa sepet-sepet pahit, lebih pahit dari kulit dan daging buah. Bagian ini juga tidak dianjurkan untuk dikonsumsi pribadi sebab sanggup mengakibatkan mabuk, pusing, bahkan pingsan. Namun, sehabis diolah, kepingan ini lebih mujarab ketimbang kulit dan daging buah. Ia sanggup mengobati penyakit berat macam kanker payo dara, kanker rahim, sakit paru-paru, dan sirosis hati.
Ada alasan mengapa biji mahkota tuhan tidak dikonsumsi. Bijinya sangat beracun. Kalau mengunyahnya, kita bisa muntah-muntah dan pengecap mati rasa, tambah Ning. Karenanya, kepingan ini cuma digunakan sebagai obat luar untuk penyakit kulit.
Sudah tentu untuk menjadikan daging buah atau cangkangnya sebagai obat, perlu pengolahan terlebih dulu. Bisa dijadikan buah kering, teh racik, atau ramuan instan. Namun, yang sering dilakukan yakni dengan menjadikannya teh racik dan ramuan instan.
Bagian lain yang bisa dijadikan obat yakni batang dan daun. Menurut Ning dalam bukunya, batang mahkota tuhan secara empiris bisa mengobati kanker tulang. Sedangkan daunnya bisa menyembuhkan lemah sawat, disentri, alergi, dan tumor. Cara memanfaatkan daun yakni dengan merebus dan meminum airnya.
Jangan kaget. Begitu minum ramuan mahkota dewa, kita segera mencicipi serangan kantuk. Efek ini normal. Efek lainnya yakni mabuk. Untuk menghilangkan imbas ini dianjurkan untuk minum air lebih banyak. Untuk konsumsi selanjutnya, dosis mahkota tuhan perlu dikurangi. Jika masih tetap mabuk, sebaiknya untuk sementara hentikan dulu. Di samping imbas jelek tadi ternyata masih ada imbas baik-nya.
Menurut Ning, dalam proses menyembuhkan penyakit dalam atau penyakit serius macam kanker rahim, sehabis pasien mengonsumsi seduhan mahkota tuhan badannya bisa mencicipi panas-dingin, bahkan adakala mengeluarkan gumpalan darah berbau busuk. Ini merupakan proses pencucian penyakit, tulis Ning.
Penggunaannya bisa dalam bentuk ramuan tunggal bisa pula ramuan campuran. Pencampuran dengan flora obat lain dimaksudkan untuk memperkuat khasiatnya dan menetralisir racun. Juga untuk mengurangi rasa tidak enaknya, tutur Ning, yang mengaku sering melayani resep yang ditulis beberapa dokter.
Upaya penyembuhan memakai ramuan mahkota dewa, berdasarkan Ning, tidak bisa cepat membuahkan hasil. Pengobatannya perlu dilakukan beberapa kali. Bahkan untuk penyakit berat yang kronis perlu waktu lama. Yang perlu diperhatikan yakni dosis penggunaannya mesti tidak melebihi yang dianjurkan. Kalau takarannya berlebih, imbas yang tidak diinginkan bisa muncul.
Mesti diingat, perempuan hamil muda dihentikan mengonsumsi mahkota dewa. Seperti dikutip Ning, Sumastuti juga telah membuktikan mahkota tuhan bisa berperan menyerupai oxytosin atau sintosinon yang sanggup memacu kerja otot rahim sehingga memperlancar proses persalinan. Ini bisa membahayakan kehamilan yang masih muda.
Yang tak kalah penting, pesan Ning, dalam memakai ramuan mahkota tuhan kita dianjurkan menyugesti atau menyakinkan diri bahwa ramuan ini manjur, berdoa untuk kesembuhan kita, dan tetap mengunjungi dokter untuk mengetahui perkembangan kesehatan kita.
Source: Majalah intisari