7 Jenis Herbal Alami Untuk Perawatan Kulit
Friday, April 28, 2017
7 Jenis Herbal Alami untuk Perawatan Kulit
Tidak hanya menyembuhkan, tetapi juga memperindah dan melindungi kulit dari kerusakan, kekeringan, peradangan, jerawat dan proses penuaan?
Inilah tujuh materi alami yang menjadi jawabannya:
1. Lidah buaya
Lidah buaya (aloe vera) mempunyai sifat-sifat penyembuhan yang sudah dikenal selama lebih dari 1.000 tahun. Gel pengecap buaya yang diaplikasikan ke kulit berfungsi sebagai pelembab, disinfektan dan merangsang proses regenerasi. Bila kulit Anda memar atau berjerawat, pengecap buaya sanggup mengurangi peradangan dengan menghambat pembentukan hormon bradikinin dan prostaglandin. Selain itu, lantaran mempunyai imbas tabir surya, pengecap buaya juga dimanfaatkan sebagai aditif dalam produk-produk tabir surya.
2. Minyak zaitun
Minyak zaitun diperoleh dari buah pohon zaitun (Olea Europaea) yang diperas dengan suhu maksimum 40° Celcius. Karena rasa dan manfaat kesehatannya, minyak berwarna kuning keemasan ini tidak hanya digunakan dalam produk kosmetik, tetapi juga digunakan dalam masakan. Untuk kosmetik, minyak zaitun sanggup digunakan sebagai minyak mandi atau dioleskan sebagai pelembab di cuilan kulit yang kering menyerupai di wajah, siku dan kaki untuk membantu kulit mendapat kembali keseimbangan minyak alaminya. Bila dikombinasikan dengan cuka dan air dalam proporsi yang sama, minyak zaitun sanggup melembutkan kulit Anda. Cuka berperan mencerahkan warna kulit dan membantu pengelupasan kulit.
Minyak zaitun mempunyai asam lemak tak jenuh tunggal, polifenol, dan vitamin E yang melindungi kulit dari kerusakan oleh radikal bebas. Oleh lantaran itu, penerapan minyak zaitun di kulit sanggup memperlambat gejala penuaan (mengurangi garis-garis keriput), mencegah kanker kulit dan mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh paparan sinar matahari.
3. Minyak Chamomile
Bunga chamomile kering yakni obat tradisional yang dikenal semenjak zaman Mesir, Yunani dan Romawi kuno (biasanya dikonsumsi sebagai teh). Popularitas chamomile berkembang di sepanjang Abad Pertengahan, ketika digunakan sebagai obat untuk banyak sekali problem medis menyerupai asma, kolik, demam, radang, mual, keluhan saraf, penyakit kulit dan kanker. Chamomile mungkin yakni obat terpopuler ketika itu. Penelitian terbaru telah mengidentifikasi sifat chamomile sebagai anti-inflamasi, anti-bakteri, anti-alergi dan obat penenang, yang menguatkan reputasi lamanya tersebut.
Ada dua jenis chamomile: chamomile Romawi (Chamaemelum nobile) dan chamomile Jerman/ chamomile biru (Matricaria recutica). Minyak esensial yang diekstrak dari kedua varietas tersebut mempunyai perbedaan dalam komposisi dan sifat. Minyak Chamomile Romawi lebih bersifat menenangkan, sehingga banyak digunakan untuk aromaterapi. Chamomile Jerman yakni anti inflamasi yang sangat berpengaruh lantaran adanya senyawa yang disebut azulene (senyawa nitrogen yang memperlihatkan warna biru khas). Azulene membantu untuk mengurangi pembengkakan dan membersihkan pori-pori dari kotoran. Selain itu, minyak Chamomile Jerman juga mengandung alpha-bisabolol yang mempromosikan granulasi dan regenerasi jaringan sehingga secara luas digunakan untuk problem kulit menyerupai ruam, jerawat, eksim, psoriasis, kulit sensitif dan kondisi alergi.
4. Minyak Almond
Pohon almond telah dibudidayakan semenjak sekitar 4.000 tahun yang lalu. Ada dua jenis almond: almond bagus dan pahit. Untuk perawatan kulit, yang terutama digunakan yakni minyak almond bagus (Prunus dulcis). Minyak ini diekstrak dari buah pohon almond dengan tekanan pada suhu dingin. Minyak almond berwarna kekuningan, tidak berbau dan cocok untuk perawatan problem kulit. Penggunaannya terutama sebagai dasar atau aditif dalam kosmetik. Kandungan asam lemak tak jenuh menyerupai asam linoleat pada minyak almond menciptakan kulit lebih tahan terhadap infeksi dan memperlihatkan pinjaman dari ultraviolet. Asam palmitat di dalamnya memastikan bahwa minyak almond meresap dengan baik di dalam kulit sehingga cocok sebagai pelembab dan penghalus kulit. Selain itu, kandungan Vitamin E-nya berperan sebagai antioksidan.
5. Teh hijau
Teh hijau (Camellia sinensis) telah diminum semenjak 5.000 tahun yang lalu. Tidak menyerupai pada teh hitam, enzim tanaman pada teh hijau tidak dilemahkan dengan pemanasan eksklusif sesudah dipetik. Teh hijau mengandung tanin, polifenol, kafein dan fluoride.
Ekstrak teh hijau dengan konsentrasi dua persen sudah cukup untuk melindungi kulit terhadap radikal bebas. Ekstrak teh hijau digunakan dalam produk-produk kosmetik untuk penuaan kulit dan pinjaman UV (tabir surya).
6. Minyak Argan
Minyak Argan berasal dari biji pohon argan (Argania spinosa). Pohon itu hanya tumbuh di kawasan terbatas di Maroko. Sejak tahun 1998, kawasan tersebut dinyatakan sebagai Cagar Biosfer UNESCO. Minyak Argan yang berwarna kuning emas beraroma sangat harum, sehingga banyak digunakan dalam industri masakan dan kosmetik. Untuk mendapat minyak biang, biji argan harus dipanggang dan kemudian ditekan dalam suhu dingin. Minyak ini sangat mahal. Untuk tujuan kosmetik, minyak juga sanggup diperoleh dengan adonan pelarut organik yang lebih murah.
Minyak argan terutama digunakan untuk mengurangi keriput lantaran mengandung beberapa zat yang efektif melawan penuaan kulit: asam linolenat yang mempromosikan pembaruan sel-sel kulit dan mendukung proses imunologi, squalene yang melindungi terhadap kanker dengan menetralisir radikal bebas dan radiasi UV, dan tokoferol yang berefek anti-inflamasi dan juga antioksidan.
7. Bengkoang
Last but not least, materi alami untuk perawatan kulit lainnya yakni bengkoang (Pachyrhizus erosus). Umbi tanaman ini telah secara bebuyutan digunakan di Indonesia sebagai masker, lulur, pembersih wajah, dan pelembab. Kandungan air bengkoang yang tinggi mempunyai imbas melembabkan, merelaksasi dan menyegarkan kulit wajah.
Seperti materi alami lain yang bermanfaat bagi kulit, bengkuang mengandung antioksidan vitamin C, flavonoid, dan saponin yang berperan mencegah kerusakan kulit oleh radikal bebas. Bengkoang juga mempunyai manfaat lain sebagai pemutih, berkat zat fenolik di dalamnya yang menghambat proses pembentukan melanin (pigmentasi) akhir sinar UV matahari, bekas jerawat atau imbas samping kosmetik.