Ramuan Herbal Untuk Penyakit Aids








RAMUAN HERBAL UNTUK PENYAKIT AIDS


PARA penderita HIV/AIDS sekarang menerima sebuah cita-cita gres dalam meningkatkan kesembuhan. Berdasarkan hasil temuan awal dari Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, peluang penderita HIV/AIDS untuk sembuh semakin meningkat dengan mengombinasikan pengobatan antiretroviral dengan terapi adjuvant memakai ektrak meniran atau phylanthus.





Seperti diungkap DR.Drs.Suprapto Ma'at, Apt, MS, di Jakarta, Kamis (21/8), ektrakmeniran berpotensi meningkatkan cita-cita kesembuhan para penderita HIV/AIDS alasannya ialah terbukti sanggup meningkatkan kadar salah satu jenis sel pertahanan badan Limfosit T - terutama sel T helper (sel Th).





"Ekstrak meniran untuk penderita HIV AIDS bersifat sebagai adjuvant, terutama untuk meningkatkan T-helpernya. Saya akan rencanakan untuk menelitinya lebih lanjut dan sangat yakin hasilnya akan baik," ungkap DR. Suprapto dalam diskusi Kolaborasi Jangka Panjang Penelitian dan Industri Farmasi yang digagas PT. Dexa-Medica .





Ektrak menir, terang Suprapto, pada prinsipnya sanggup dipakai sebagai terapi adjuvant pada pengobatan benjol yang membandel menyerupai benjol virus, benjol jamur, benjol bakteri, intraseluler dan penyakit benjol kronis lainnya.





"Adjuvant artinya membantu dalam menanggulangi suatu infeksi. Selain diberikan obat standar, ditambah dengan stimulan. Dengan terapi adjuvant, proses penyembuhan penyakit bisa lebih cepat dan yang lebih penting ialah menghilangkan proses kekambuhan," papar peneliti yang gres menerima penghargaan BJ Habibie Technology Award 2008 atas riset aplikatifnya wacana flora Meniran untuk Stimuno itu.





Kasus unik


Keyakinan DR.Suprapto akan prospek cerah esktrak meniran bagi pengobatan AIDS makin bundar sesudah ia menemukan perkara peningkatan sel Th secara signifikan pada seorang pasien di RSUD Dr. Soetomo, Surabaya belum usang ini.





"Beberapa bulan lalu, ada seorang pasien asal Denpasar yang juga anak seorang dokter kandungan. Sakit yang dialami pasien ini awalnya belum diketahui penyebabnya, namun tiga bulan terakhir suhu tubuhnya tak pernah di bawah 39 derajat celcius," ungkapnya.





Pasien ini, lanjut DR Suprapto, sempat dicurigai menderita enfeksi malaria dan TBC, tetapi upaya pengobatan tak kunjung membuahan hasil. Tim dokter yang terdiri dari beberapa andal risikonya menyimpulkan bahwa pasien ini mengalami problem kekebalan tubuh, sehingga harus diperiksa kadar limfositnya - terutama sel Th (T-helper atau CD4+).





Sel Th ini berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan (misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T sitotoksik) yang semuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing.





Hasil investigasi T-helper ternyata memperlihatkan bahwa kadarnya sangat rendah yakni 52, yang bisa dikategorikan pasien sudah mengidap AIDS stadium lanjut. Dokter kemudian memperlihatkan ekstrak manira dengan penambahan takaran secara sedikit demi sedikit setiap bulan dan ternyata jumlah sel Th terus meningkat sebelum risikonya kembali normal memasuki bulan ketiga.





"Dengan perkara ini, ada planning untuk melaksanakan penelitian penggunaan ekstrakmeniran di antara pasien HIV/AIDS, terutama AIDS," ujarnya





DR Suprapto juga telah meminta kepada RSUD Dr Soetomo untuk membantu pasien HIV/AIDS tidak bisa dengan memperlihatkan ekstrak filantus sebagai terapi adjuvant bersama obat atretroviral.


"Saya yakin ekstrak menir nanti akan sanggup membantu, bukan mengobati, penyembuhan HIV/AIDS. Atau paling tidak memperbaiki kualitas hidup dan memperpanjang umur penderita," tegasnya.





Asep Candra


sumber : Kompas,

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel