Ramuan Herbal Untuk Penyakit Aids
Sunday, May 7, 2017
RAMUAN HERBAL UNTUK PENYAKIT AIDS
PARA penderita HIV/AIDS sekarang menerima sebuah impian gres dalam meningkatkan kesembuhan. Berdasarkan hasil temuan awal dari Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, peluang penderita HIV/AIDS untuk sembuh semakin meningkat dengan mengombinasikan pengobatan antiretroviral dengan terapi adjuvant memakai ektrak meniran atau phylanthus.
Seperti diungkap DR.Drs.Suprapto Ma'at, Apt, MS, di Jakarta, Kamis (21/8), ektrakmeniran berpotensi meningkatkan impian kesembuhan para penderita HIV/AIDS alasannya yaitu terbukti sanggup meningkatkan kadar salah satu jenis sel pertahanan badan Limfosit T - terutama sel T helper (sel Th).
"Ekstrak meniran untuk penderita HIV AIDS bersifat sebagai adjuvant, terutama untuk meningkatkan T-helpernya. Saya akan rencanakan untuk menelitinya lebih lanjut dan sangat yakin hasilnya akan baik," ungkap DR. Suprapto dalam diskusi Kolaborasi Jangka Panjang Penelitian dan Industri Farmasi yang digagas PT. Dexa-Medica .
Ektrak menir, terang Suprapto, pada prinsipnya sanggup dipakai sebagai terapi adjuvant pada pengobatan bisul yang membandel menyerupai bisul virus, bisul jamur, bisul bakteri, intraseluler dan penyakit bisul kronis lainnya.
"Adjuvant artinya membantu dalam menanggulangi suatu infeksi. Selain diberikan obat standar, ditambah dengan stimulan. Dengan terapi adjuvant, proses penyembuhan penyakit bisa lebih cepat dan yang lebih penting yaitu menghilangkan proses kekambuhan," papar peneliti yang gres menerima penghargaan BJ Habibie Technology Award 2008 atas riset aplikatifnya perihal tanaman Meniran untuk Stimuno itu.
Kasus unik
Keyakinan DR.Suprapto akan prospek cerah esktrak meniran bagi pengobatan AIDS makin lingkaran sehabis ia menemukan kasus peningkatan sel Th secara signifikan pada seorang pasien di RSUD Dr. Soetomo, Surabaya belum usang ini.
"Beberapa bulan lalu, ada seorang pasien asal Denpasar yang juga anak seorang dokter kandungan. Sakit yang dialami pasien ini awalnya belum diketahui penyebabnya, namun tiga bulan terakhir suhu tubuhnya tak pernah di bawah 39 derajat celcius," ungkapnya.
Pasien ini, lanjut DR Suprapto, sempat dicurigai menderita enfeksi malaria dan TBC, tetapi upaya pengobatan tak kunjung membuahan hasil. Tim dokter yang terdiri dari beberapa jago jadinya menyimpulkan bahwa pasien ini mengalami persoalan kekebalan tubuh, sehingga harus diperiksa kadar limfositnya - terutama sel Th (T-helper atau CD4+).
Sel Th ini berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan (misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T sitotoksik) yang semuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing.
Hasil investigasi T-helper ternyata memperlihatkan bahwa kadarnya sangat rendah yakni 52, yang bisa dikategorikan pasien sudah mengidap AIDS stadium lanjut. Dokter kemudian memperlihatkan ekstrak manira dengan penambahan takaran secara sedikit demi sedikit setiap bulan dan ternyata jumlah sel Th terus meningkat sebelum jadinya kembali normal memasuki bulan ketiga.
"Dengan kasus ini, ada planning untuk melaksanakan penelitian penggunaan ekstrakmeniran di antara pasien HIV/AIDS, terutama AIDS," ujarnya
DR Suprapto juga telah meminta kepada RSUD Dr Soetomo untuk membantu pasien HIV/AIDS tidak bisa dengan memperlihatkan ekstrak filantus sebagai terapi adjuvant bersama obat atretroviral.
"Saya yakin ekstrak menir nanti akan sanggup membantu, bukan mengobati, penyembuhan HIV/AIDS. Atau paling tidak memperbaiki kualitas hidup dan memperpanjang umur penderita," tegasnya.
Asep Candra
sumber : Kompas,